Pewarta Network
Rabu, Januari 22, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Puluhan pegawai Kemendiktisaintek demo Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro yang disebut pemarah dan suka main pecat viral di media sosial. (Dok. Tribunnews.com). |
PEWARTA.CO.ID - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro diduga terlibat dalam insiden penamparan terhadap seorang pegawai terkait masalah pasokan air di rumah dinasnya. Insiden ini mengundang perhatian publik setelah rekaman suara viral di media sosial.
Insiden bermula ketika Menteri Satryo menuduh salah satu pegawai vendor bertanggung jawab atas mati air di rumah dinasnya. Dalam rekaman berdurasi tiga menit yang tersebar, terdengar Satryo mengungkapkan kemarahannya.
"Kurang ajar kamu tahu enggak. Sengaja membuat rumah ini enggak ada air? Tadi air hidup, terus tiba-tiba mati," ucap suara yang diduga adalah Satryo.
Pegawai yang dimarahi meminta maaf berkali-kali dan menjelaskan bahwa ia tidak sempat mendampingi tim teknis karena harus menjaga istrinya yang sedang sakit pasca operasi. "Saya enggak dampingi tim saya ke sini. Karena saya masih dibutuhin istri, istri habis dijahit belum kering, saya jagain anak," ujar pegawai tersebut dalam rekaman.
Namun, penjelasan itu tidak menghentikan kemarahan Satryo. Dalam rekaman, terdengar suara benturan yang diduga merupakan aksi kekerasan. "Ampun, Pak," kata pegawai itu di tengah rekaman.
![]() |
Neni Herlina, pegawai Kemendiktisaintek yang dipecat oleh Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro. (Dok. Tribunnews.com). |
Pihak Kementerian, melalui Neni Herlina selaku Pranata Humas Ahli Muda dan Penanggung Jawab Rumah Tangga Kemendiktisaintek, membenarkan bahwa kejadian tersebut melibatkan pegawai vendor. Neni menyatakan bahwa pegawai tersebut merekam insiden atas saran dirinya.
"Kalau diapa-apain direkam aja, terus sama dia direkam. Ada rekamannya, enggak tahu udah nyebar kali," ujar Neni.
Neni juga mengungkapkan bahwa pegawai tersebut mengalami kekerasan fisik. "Iya (ditampar)," tegasnya.
Sementara itu, Satryo membantah semua tuduhan tersebut. Ia menyatakan bahwa tidak ada insiden penamparan seperti yang dituduhkan. "Penamparan? Tidak ada sama sekali," katanya kepada media.
Tidak hanya insiden tersebut, kebijakan mutasi besar-besaran yang diterapkan Satryo juga memicu aksi demonstrasi pegawai di depan Gedung Kemendiktisaintek pada Senin (20/1/2025). Demonstrasi tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap pegawai yang diduga diperlakukan tidak adil.
Dalam video yang tersebar, terlihat mobil dinas bernopol RI 25 yang membawa Satryo keluar dari gedung saat aksi berlangsung. Para demonstran menyoraki mobil tersebut dan membawa spanduk bertuliskan, "Institusi negara bukan perusahaan pribadi Satryo dan istri!"
Ketua Paguyuban Pegawai Kemendiktisaintek, Suwitno, menyampaikan bahwa aksi tersebut ditujukan untuk meminta Presiden Prabowo Subianto mengevaluasi kepemimpinan Satryo.
"Apakah mau dilanjutkan atau tidak ya seorang pejabat itu, yang harusnya memang menjadi contoh, apalagi di pendidikan tinggi," tegas Suwitno.
Insiden ini diharapkan menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Pegawai menuntut adanya keadilan dan meminta pejabat yang ditunjuk menjadi teladan. Sementara itu, Satryo mengklaim kebijakan mutasi yang dilakukannya bertujuan untuk efisiensi anggaran sesuai arahan Presiden.
"Kita ingin membenahi. Pak Presiden mengatakan harus hemat dengan anggaran pemerintah," jelas Satryo.
Kasus ini masih terus bergulir, dengan berbagai pihak mendesak penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan kebenaran dugaan kekerasan dan kebijakan yang dianggap merugikan pegawai.