Nimas Taurina
Jumat, Mei 09, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
PEWARTA.CO.ID - Sejarah baru tercipta di Vatikan. Untuk pertama kalinya, Gereja Katolik Roma memilih seorang Paus yang berasal dari Amerika Serikat. Kardinal Robert Francis Prevost resmi terpilih sebagai Paus ke-267 dan akan menjalankan masa kepausannya dengan nama Leo XIV.
Terpilihnya Prevost diumumkan pada hari kedua konklaf yang berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan, Kamis (8/5/2025). Pemilihan ini menjadikan dirinya sebagai pemimpin spiritual bagi lebih dari 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Prevost, yang kini berusia 69 tahun, lahir di Chicago dari keluarga keturunan Prancis. Ia merupakan anggota Ordo Santo Agustinus dan dikenal memiliki pengalaman pastoral mendalam, termasuk masa tugasnya di Peru.
Selama di sana, ia menunjukkan dedikasi kuat terhadap kelompok marginal, terutama kaum migran dan masyarakat miskin, hal yang juga menjadi perhatian besar mendiang Paus Fransiskus.
Kemampuan Prevost dalam berkomunikasi juga menjadi keunggulan tersendiri. Ia dikenal fasih dalam empat bahasa, yakni Spanyol, Portugis, Italia, dan Prancis. Keahlian ini diyakini akan membantunya menjalin hubungan yang lebih erat dengan berbagai komunitas Katolik di dunia.
Karier Vatikan Prevost mulai mencuat ketika ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada tahun 2023. Sebelum menjabat sebagai Paus, ia memegang posisi penting sebagai prefek Dikasteri untuk para Uskup dan juga menjabat sebagai Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin. Keduanya adalah posisi strategis yang membuatnya kian dekat dengan inti kebijakan gereja global.
Dengan pengangkatan ini, Paus Leo XIV membawa harapan baru bagi Gereja Katolik, terutama dalam menjawab tantangan zaman modern. Banyak pihak berharap gaya kepemimpinannya yang berakar pada nilai kerendahan hati dan keberpihakan terhadap kaum marjinal akan menjadi kelanjutan dari semangat reformis Paus Fransiskus.
Pemilihan ini juga menandai pergeseran simbolik, mengingat sebelumnya posisi Paus secara tradisional dipegang oleh orang Eropa, terutama dari Italia. Masuknya figur Amerika dalam posisi tertinggi di Gereja Katolik global bisa menjadi penanda perubahan dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam institusi religius tertua di dunia itu.